Kondisi Rumah Leni (40) warga jalan dusun benteng Desa Sei Sentosa, janda beranak empat yang di tinggal suaminya Eko Sahputra (42) sekitar 7 tahun lalu mendapat perhatian penuh dari beberapa kalangan.
Terbukti
pada kesempatan kemarin, Ketua PAC Pemuda Pancasila Bung Juah Tarigan
yang baru saja terpilih untuk priode 2014- 2017, beberapa waktu yang
lalu saat berkunjung ke gubuk leni memaparkan dan sangat prihatin
melihat kondisi dari ibu beranak empat tersebut, ternyata masih ada di
lingkungan kita yang tinggal di sebuah gubuk reot dan kumuh yang tidak
layak di huni oleh manusia, tentunya akan berdampak buruk bagi kesehatan
seseorang. Saat ini saja anaknya Tio yang duduk di kelas empat SD di
sekujur tubuhnya tumbuh subur sejenis penyakit kulit, ini tentunya
akibat kurang kumuhnya lingkungan di sekitar rumahnya.
Menurutnya,
setelah mendapatkan informasi dari masyarakat dan berbagai pemberitaan
oleh media mengenai kondisi rumah ibu leni yang tinggal bersama empat
anaknya dengan kondisi ekonomi juga yang sangat minim untuk itu kami
dari pengurus Pimpinan Anak Cabang Pemuda Pancasila Panai Hulu tergerak
untuk membantu dan akan melakukan rehab rumahnya agar tidak lagi tinggal
di gubuk yang selalu khwatir di saat hujan dan angin kencang datang
kalau-kalau rumahnya akan roboh,’’ujar juah kepada SUMBER.
Sementara,
rasa syukur terlihat dari keluarga ibu leni dan keempat anaknya,
’’Terima kasih nak Juah sudah mau memperhatikan keluarga kami.
Mudah-mudahan berkah dan amalnya diterima Allah SWT,” ujar leni.
Dia
menceritakan, rumahnya adalah peninggalan almarhum orang tua. Namun satu
tahun ini, ia bersama keluarganya waswas karena rumahnya hampir roboh
akibat hujan deras dan angin kencang.
’’Saat
ini, kondisi rumah saya semakin mengkhawatirkan. Atapnya sudah pada
bolong, dinding dan penyangahnya sudah lapuk dan kalau air pasang naik
rumah kami juga di genangi air. Bahkan sudah dua kali ular masuk ke
dalam rumah,” ungkapnya.
Dia
menuturkan, setiap malam, ia bersama keluarganya tidak dapat tidur
nyenyak, sebab sewaktu-waktu rumahnya bisa roboh. ’’Apalagi kalau angin
kencang dan hujan deras di malam hari, kami pasti cemas,” tuturnya.
Dia
mengaku tidak mempunyai biaya untuk merenovasi rumahnya. Sebab,
penghasilan kotornya paling tinggi Rp 10 ribu per hari. ’’Suami saya
tidak ada lagi,hanya saya yang bekerja jadi buruh cuci pakaian orang,
sementara anak saya yang tiga sudah sekolah,” ujarnya dengan wajah
sedih.()
Teks photo: Beberapa pengurus PAC Pemuda Pancasila Panai Hulu saat berkunjung kerumah Leni.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !